Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta...
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai fikiranmumu. Sampai perhatianmu.Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah.
Tentang umat yg kau cintai. Lagi-lagi memang seperti itu... ^_^
Dakwah. Menyedut saripati tenagamu..
.Sampai tulang belulangmu.
Sampai daging terakhir yg menempel ditubuh rentamu.
Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. ..
Tubuh yanghancur lebur dipaksa berlari... :(
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. .
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah....
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz.
Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat dalam kerahmatan
Tidak ada lag iorang miskin yg meminta sedekah.
Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Terpanar membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar bugar itu sampai lunyai.
Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal.
Adakah memang itu yang diharapkannya;
mati sebagaij iwa yang tenang.
Dan di dikemukan akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasapun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legenda di sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani…
justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke manapun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka...
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik. Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeria!. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran.
Dan menjadi semacam tonik bagi iman..Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memperkayakan amalannya adalah mujahid yang telah berjaya. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksikan karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka menjadi tumpuan untuk didoakan merialisasi para mujahid sejati,
“Ya Allah, berilah Kami petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “
Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh . Jasadnyadi koyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta…Mengajak kita untuk terus berlari…!
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
"Kalau iman dan syaitan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah."
In memori As-Syahid Ibrahim Libya...
...:: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? ::...
No comments:
Post a Comment